Tuesday, April 27, 2010

HEMATURIA



DEFINISI
Adanya darah dalam urin.
Mikroskopik hematuria secara mikroskop terdapat > 2 eritrosit per lapangan pandang.
Makroskopik hematuria.
Gross hematuria.
Merupakan kasus kegawat-daruratan.


ETIOLOGI
Beberapa penyebab hematuria, antara lain:
- Neoplasma
- Infeksi
- Urolitiasis
- Kelainan Kongenital
- Kelainan Sistemik
- Benda Asing
- Trauma
- Urinary Schistosomiasis

PATOFISIOLOGI
Hematuria inisial
Hematuria terminal
Hematuria total

FAKTOR RESIKO

MANIFESTASI KLINIS
Terjadi retensio urin akibat sumbatan di vesika urinaria oleh bekuan darah.

PEMERIKSAAN FISIK
Anamnesis
Inspeksi
Palpasi
Perkusi
Auskultasi


PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan Laboratorium
- Urinalisa lengkap
- Darah lengkap
- Faal ginjal
- Faal hemostasis
Pemeriksaan Radiologi
- Foto toraks
- Pyelograf intravena
Pemeriksaan Sistoskopi


DIAGNOSIS BANDING (DD)
Warna merah atau orange dari urin dapat disebabkan oleh:
- Obat-obatan (Rifampisin, Fenolfalin, Piridium)
- Makanan

PENATALAKSANAAN
- Tergantung penyebab
- Pengobatan simtomatis seperti spasmolitik, antibiotik, koagulasia, transfusi darah.
- Jika terjadi gross hematuria maka harus di rawat di Rumah Sakit

KOMPLIKASI
- Retensi urin
- Infeksi
- Anemia

Thursday, April 8, 2010

GLASGOW COMA SCALE (GCS)

  1. Membuka mata (E)
    • spontan: membuka mata spontan (poin 4)
    • terhadap rangsang suara: membuka mata bila dipanggil atau diperintahkan (poin 3)
    • terhadap rangsang nyeri: membuka mata bila ada tekanan pada jari di atas bantalan kuku proksimal (poin 2)
    • tidak ada: mata tidak membuka terhadap rangsang apapun (poin 1)
  2. Respons verbal (V)
    • orientasi baik: dapat bercakap-cakap, mengetahui siapa dirinya, di mana berada, bulan dan tahun (poin 5)
    • bingung: dapat bercakap-cakap tetapi ada disorientasi pada satu atau lebih sferis (poin 4)
    • kata yang diucapkan tidak tepat: percakapan tidak dapat bertahan, susunan kata kacau atau tidak tepat (poin 3)
    • tidak dapat dimengerti: mengeluarkan suara (misal, merintih) tetapi tidak ada kata-kata yang dapat dikenal (poin 2)
    • tidak ada: tidak mengeluarkan suara apapun walupun diberi rangsang nyeri (poin 1)
  3. Respons motorik (M)
    • mematuhi perintah (poin 6)
    • melokalisasi nyeri: tidak mematuhi perintah tetapi berusaha menunjukkan lokasi nyeri dan mencoba menghilangkan rangsang nyeri tersebut (poin 5)
    • reaksi fleksi: lengan fleksi bila diberi rangsang nyeri tetapi tidak ada usaha yang jelas untuk menghilangkan rangsang nyeri, dan tanpa posisi fleksi abnormal (poin 4)
    • fleksi abnormal terhadap nyeri: lengan fleksi di siku dan pronasi, tangan mengepal (postur dekortikasi) (poin 3)
    • ekstensi abnormal terhadap nyeri: ekstensi lengan di siku, lengan biasanya adduksi dan bahu berotasi ke dalam (postur deserebrasi) (poin 2)
    • tidak ada: tidak ada respons terhadap nyeri, flaksid (poin 1)

    Thursday, April 1, 2010

    NERVUS CRANIAL



    I Olfactorius
    Komponen: sensorik (SVA)
    Fungsi: penghidu
    Tempat keluar di tengkorak: celah-celah di lamina cribrosa ossis ethmoidalis

    II Opticus
    Komponen: sensorik (SSA)
    Fungsi: pengelihatan
    Tempat keluar di tengkorak: canalis opticus

    III Oculomotorius
    Komponen: motorik (GSE, GVE)
    Fungsi: mengangkat kelopak mata atas, menggerakkan bola mata ke atas, bawah, dan medial; kontraksi pupil; akomodasi mata
    Tempat keluar di tengkorak: fissura orbitalis superior

    IV Trochlearis
    Komponen: motorik (GSE)
    Fungsi: membantu menggerakkan bola mata ke bawah dan lateral
    Tempat keluar di tengkorak: fissura orbitalis superior


    V Trigeminus
    Divisi ophtalmicus
    Komponen: sensorik (GSA)
    Fungsi: kornea, kulit dahi, kulit kepala, kelopak mata, dan hidung; juga membran mukosa sinus paranasal dan rongga hidung
    Tempat keluar di tengkorak: fissura orbitalis superior
    Divisi maxillaris
    Komponen: sensorik (GSA)
    Fungsi: kulit wajah di atas maksila; gigi-geligi rahang atas; membran mukosa hidung, sinus dan lempeng maksila
    Tempat keluar di tengkorang: foramen rotundum
    Divisi mandibullaris
    Komponen: motorik (SVE) dan sensorik (GSA)
    Fungsi: motorik (otot-otot pengunyah, M. mylohyoideus, M. digastricus venter anterior, M. tensor veli palatini, dan M. tensor tympanicum), sensorik (kulit pipi; kulit di atas mandibula dan sisi kepala, gigi-geligi rahang bawah dan articulatio temporo-mandibularis; membran mukosa mulut dan bagian anterior lidah
    Tempat keluar di tengkorak: foramen ovale

    VI abducens
    Komponen: motorik (GSE)
    Fungsi: M. rectus lateralis menggerakkan mata ke lateral
    Tempat keluar di tengkorak: fissura orbitalis superior

    VII facialis
    Komponen: motorik (SVE), sensorik (SVA), dan sekretomotorik parasimpatis (GVE)
    Fungsi: motorik (otot-otot wajah dan kulit kepala, M. stapedius, M. digasticus venter posterior, dan M stylohyodeus), sensorik (pengecapan dari dua pertiga bagian anterior lidah, dari dasar mulut dan palatum), sekretomotorik parasimpatis (kelenjar ludah submandibula dan sublingual, kelenjar lakrimalis, dan kelenjar hidung dan palatum)
    Tempat keluar di tengkorak: meatus acusticus internus, canalis fasialis, foramen sylomastoideus

    VIII vestibulocochlear
    Vestibular
    Komponen: sensorik (SSA)
    Fungsi: dari utriculus, sacculus, dan canalis semicircularis-posisi dan gerak kepala
    Cochlear
    Komponen: sensorik (SSA)
    Fungsi: organ corti-pendengaran
    Tempat keluar di tengkorak: meatus acusticus internus

    IX glosopaharyngeus
    Komponen: motorik (SVE), sekretomotorik parasimpatis (GVE), dan sensorik (GVA, SVA, GSA)
    Fungsi: motorik (M. stylopharingeus-membantu menelan), sekretomotorik (kelenjar parotis), sensorik (sensasi umum dan pengecap dari dua pertiga bagian posterior lidah dan faring; sinus carotis (baroreseptor); corpus carotis (kemoreseptor)
    Tempat keluar di tengkorak: foramen jugulare

    X vagus
    Komponen: motorik (GVE, SVE), sensorik (GVA, SVA, GSA)
    Fungsi: jantung dan pembuluh darah besar di toraks; laring, trakea, bronkus, dan paru; traktus alimentari dari faring ke fleksura splenicus kolon; hepar, ginjal, dan pankreas
    Tempat keluar di tengkorak: foramen jugulare

    XI accessorius
    Radix cranialis
    Komponen: motorik (SVE)
    Fungsi: otot-otot palatum molle (kecuali M. tensor veli palatini), faring (kecuali M. stylopharingeus), dan laring (kecuali M. cricothyroid) di cabang-cabang n. vagus
    Radix spinalis
    Komponen: motorik (SVE)
    Fungsi: M. sternocleidomastoideus dan M. trapezius
    Tempat keluar di tengkorak: foramen jugulare

    XII hypoglossus
    Komponen: motorik (GSE)
    Fungsi: otot-oto lidah (kecuali M. palatoglossus) mengatur bentuk dan pergerakan lidah
    Tempat keluar di tengkorak: canalis hypoglossus

    Referensi
    Snell Richard S. 2007. Neuroanatomi Klinik untuk Mahasiswa Kedokteran. Edisi 5. Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta.

    Friday, March 26, 2010

    TINGKAT KESADARAN

    KOMPOS MENTIS, yaitu sadar sepenuhnya, baik terhadap dirinya maupun terhadap lingkungannya. pasien dapat menjawab pertanyaan pemeriksa dengan baik.

    APATIS, yaitu keadaan di mana pasien tampak segan dan acuk tak acuh terhadap lingkungannya.

    DELIRIUM, yaitu penurunan kesadaran disertai kekacauan motorik dan siklus tidur bangun yang terganggu. Pasien tampak gaduh gelisah, kacau, disorientasi dan meronta-ronta.

    SOMNOLEN (letergia, obtundasi, hipersomnia), yaitu keadaan mengantuk yang masih dapat pulih bila dirangsang, tetapi bila rangsang berhenti, pasien akan tertidur kembali.

    SOPOR (stupor), yaitu keadaan mengantuk yang dalam, Pasien masih dapat dibangunkan dengan rangsang yang kuat, misalnya rangsang nyeri, tetapi pasien tidak terbangun sempurna dan tidak dapat memberikan jawaban verbal yang baik.

    SEMI-KOMA (koma ringan), yaitu penurunan kesadaran yang tidak memberikan respons terhadap rangsang verbal, dan tidak dapat dibangunkan sama sekali, tetapi refleks (kornea, pupil) masih baik. Respons terhadap rangsang nyeri tidak adekuat.

    KOMA, yaitu penurunan kesadaran yang sangat dalam, tidak ada gerakan spontan dan tidak ada respons terhadap rangsang nyeri.

    REFERENSI
    Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Edisi IV jilid I

    Thursday, March 18, 2010

    MOLA HIDATIDOSA (HAMIL ANGGUR)



    DEFINISI
    Mola hidatidosa adalah suatu kehamilan yang berkembang tidak wajar di mana tidak ditemukan janin dan hampir seluruh vili korialis mengalami perubahan berupa degenerasi hidropik. Sering juga disebut sebagai hamil anggur.
    Makroskopik, berupa gelembung-gelembung putih, tembus pandang, berisi cairan jernih, dengan ukuran bervariasi dari beberapa milimeter sampai 1 atau 2 cm.
    Histopatologik, edema stroma vili, tidak ada pembuluh darah pada vili/degenerasi hidropik dan proliferasi sel-sel trofoblas.

    GEJALA dan TANDA
    Gejala kehamilan biasa, mual, muntah, dan pusing dengan derajat keluhan yang lebih hebat, perdarahan yang bersifat intermiten, sedikit-sedikit, atau sekaligus banyak yang dapat mengakibatkan syok hingga kematian, anemia, preeklamsia/eklamsia, tirotoksikosis.

    DIAGNOSIS
    Adanya amenorea, perdarahan pervaginam, uterus yang lebih besar dari tuanya kehamilan, tidak ditemukan tanda kehamilan pasti seperti balotemen dan detak jantung janin, dan peninggian kadar hCG. Pada pemeriksaan USG di dapatkan gambaran khas berupa badai salju (snow flake pattern) atau gambaran sarang lebah (honey comb).

    TREATMENT
    Perbaikan keadaan umum, pemberian transfusi darah untuk memperbaiki syok atau anemia, mengurangi penyulit seperti preeklamsia atau tirotoksikosis dengan pemberian obat-obatan seperti PTU dan propanolol.
    Pengeluaran jaringan mola, dengan vakum kuretasi atau histerektomi.
    Pemeriksaan tindak lanjut, monitoring hCG yang harus mencapai nilai normal 8 minggu setelah evakuasi, dan pengawasan selama satu hingga dua tahun dengan menganjurkan pasien untuk tidak hamil dulu (penggunaan kontrasepsi seperti kondom, diafragma, atau pantang berkala).

    PROGNOSIS
    Kematian pada mola hidatidosa disebabkan oleh perdarahan, infeksi, payah jantung, atau tirotoksikosis. Sekitar 5,56% penderita yang berdegenerasi keganasan menjadi koriokarsinoma.

    REFERENSI
    Prawirohardjo, Sarwono. 2009. Ilmu Kebidanan. Jakarta: PT Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo

    KEHAMILAN EKTOPIK (ECTOPIC PREGNANCY)



    DEFINISI
    Suatu kehamilan yang pertumbuhan sel telur yang telah di buahi tidak menempel pada dinding endometrium kavum uteri.
    Berdasarkan lokasi terjadinya, di tuba: pars ampularis 95%, pars ismika 8%, pars fimbriae <2%; serviks uterus, ovarium, atau abdominal.
    Insiden di Indonesia sekitar 5-6 per seribu kehamilan.

    FAKTOR RESIKO
    Infeksi atau peradangan pada tuba yang menyebabkan lumen tuba menyempit atau buntu, pascaoperasi rekanalisasi tuba, endometriosis, riwayat kehamilan ektopik, pemakai IUD.

    GEJALA
    Gejala-gejala kehamilan muda, nyeri perut bawah, perdarahan pervagina

    DIAGNOSA
    Test kehamilan positif, diagnosis dengan alat bantu Ultrasonografi, laparaskopi, kuldoskopi untuk mengetahui adanya darah di dalam cavum Douglasi.

    TREATMENT
    Medical: Methotrexate
    Tindakan Bedah: Laparascopy, laparatomy salpingectomy, laparatomy salpingostomy, laparatomy salpingotomy.

    PENCEGAHAN
    Dengan mencegah infeksi pada genitalia, menjaga kebersihan pribadi.

    KOMPLIKASI
    Ruptur, perdarahan, syok, infertilitas.

    Wednesday, March 17, 2010

    SESAK NAFAS (DISPNEA)



    DEFINISI
    Sesak nafas (dispnea) merupakan keluhan subjektif yang timbul bila ada perasaan tidak nyaman maupun gangguan/kesulitan lainnya saat bernafas, yang tidak sebanding dengan tingkat aktivitas.
    Dyspnea adalah terengah-engah atau sesak nafas; pernafasan yang sukar atau berat (Dorland).


    KLASIFIKASI
    Sesak nafas mendadak (akut) disebabkan oleh pneumotoraks, emboli paru masif, asma, aspirasi benda asing.
    Sesak nafas bertahap dan semakin berat dalam beberapa jam atau hari terdapat pada pneumonia, asma, PPOK, eksaserbasi akut.
    Sesak nafas bertahap dan semakin berat dalam beberapa minggu, bulan, atau tahun terjadi pada efusi pleura, PPOK, TB paru, anemia, gangguan otot-otot pernafasan.


    MEKANISME
    Peningkatan kebutuhan O2 (misal, pada keadaan hipoksia, asidosis, penyempitan saluran nafas, edema paru) menyebabkan kerja sistem pernafasan menjadi meningkat.


    ETIOLOGI
    Kelainan pernafasan 1. Penyakit saluran pernafasan (PPOK, asma, bronkiektasis, aspirasi benda asing). 2. Penyakit parenkim paru (pneumonia, ARDS). 3. Gangguan sirkulasi paru (emboli paru, hipertensi pulmonal). 4. Kelainan dinding dada dan pleura (efusi pleura, kifoskoliosis, ankilosing spondilitis, paralisis diapragma bilateral).
    Kelainan jantung (gagal jantung, efusi pleura) dengan tanda-tanda dispnea di effort, ortopnea, paroksismal nokturnal dispnea.
    Penyebab lain (anemia, asidosis, lesi hipotalamus, psikogen).


    DIAGNOSIS BANDING


    REFERENSI
    - Kamus Kedokteran Dorland
    - Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam

    Monday, March 15, 2010

    Meningitis



    Definisi
    Peradangan meningen biasanya oleh bakteri atau virus.

    Epidemiologi


    Etiologi
    Bakteri, Eschericia coli dan streptococcus grup B (neonatus); Haemophilus influenzae (bayi dan anak-anak); Neisseria meningitidis (remaja dan dewasa muda); Streptococcus pneumoniae dan Listeria monocytogenes (lansia).
    Virus, Enterovirus (echovirus, coxsackie, dan poliovirus)

    Patofisiologi
    Virus mulanya menggandakan diri pada bagian infeksi awal (misal, nasofaringeal atau gastro intestinal) dan kemudian menyebar ke SSP melalui sistem vaskular.

    Faktor Resiko


    Gejala Klinis
    kaku kuduk
    sakit kepala
    demam
    malase
    nyeri tenggorok
    mual
    muntah
    nyeri abdominal
    infeksi virus dapat disertai ruam (enterovirus), erupsi lesi herpes genital (herpes simpleks tipe 2)

    Manifestasi Klinis


    Pemeriksaan Fisik


    Pemeriksaan Penunjang


    Penegakan Diagnosis


    Terapi


    Komplikasi


    Prognosis


    Glosarium
    Meningen: Membran yang membungkus otak dan medula spinalis

    Referensi

    1. Kamus Kedokteran Dorland
    2. Prince Sylvia A. dan Wilson Lorraine. 2006.Patofisiologi Konsep Klinis Proses-proses Penyakit. Jakarta: EGC.