Friday, March 26, 2010

TINGKAT KESADARAN

KOMPOS MENTIS, yaitu sadar sepenuhnya, baik terhadap dirinya maupun terhadap lingkungannya. pasien dapat menjawab pertanyaan pemeriksa dengan baik.

APATIS, yaitu keadaan di mana pasien tampak segan dan acuk tak acuh terhadap lingkungannya.

DELIRIUM, yaitu penurunan kesadaran disertai kekacauan motorik dan siklus tidur bangun yang terganggu. Pasien tampak gaduh gelisah, kacau, disorientasi dan meronta-ronta.

SOMNOLEN (letergia, obtundasi, hipersomnia), yaitu keadaan mengantuk yang masih dapat pulih bila dirangsang, tetapi bila rangsang berhenti, pasien akan tertidur kembali.

SOPOR (stupor), yaitu keadaan mengantuk yang dalam, Pasien masih dapat dibangunkan dengan rangsang yang kuat, misalnya rangsang nyeri, tetapi pasien tidak terbangun sempurna dan tidak dapat memberikan jawaban verbal yang baik.

SEMI-KOMA (koma ringan), yaitu penurunan kesadaran yang tidak memberikan respons terhadap rangsang verbal, dan tidak dapat dibangunkan sama sekali, tetapi refleks (kornea, pupil) masih baik. Respons terhadap rangsang nyeri tidak adekuat.

KOMA, yaitu penurunan kesadaran yang sangat dalam, tidak ada gerakan spontan dan tidak ada respons terhadap rangsang nyeri.

REFERENSI
Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Edisi IV jilid I

Thursday, March 18, 2010

MOLA HIDATIDOSA (HAMIL ANGGUR)



DEFINISI
Mola hidatidosa adalah suatu kehamilan yang berkembang tidak wajar di mana tidak ditemukan janin dan hampir seluruh vili korialis mengalami perubahan berupa degenerasi hidropik. Sering juga disebut sebagai hamil anggur.
Makroskopik, berupa gelembung-gelembung putih, tembus pandang, berisi cairan jernih, dengan ukuran bervariasi dari beberapa milimeter sampai 1 atau 2 cm.
Histopatologik, edema stroma vili, tidak ada pembuluh darah pada vili/degenerasi hidropik dan proliferasi sel-sel trofoblas.

GEJALA dan TANDA
Gejala kehamilan biasa, mual, muntah, dan pusing dengan derajat keluhan yang lebih hebat, perdarahan yang bersifat intermiten, sedikit-sedikit, atau sekaligus banyak yang dapat mengakibatkan syok hingga kematian, anemia, preeklamsia/eklamsia, tirotoksikosis.

DIAGNOSIS
Adanya amenorea, perdarahan pervaginam, uterus yang lebih besar dari tuanya kehamilan, tidak ditemukan tanda kehamilan pasti seperti balotemen dan detak jantung janin, dan peninggian kadar hCG. Pada pemeriksaan USG di dapatkan gambaran khas berupa badai salju (snow flake pattern) atau gambaran sarang lebah (honey comb).

TREATMENT
Perbaikan keadaan umum, pemberian transfusi darah untuk memperbaiki syok atau anemia, mengurangi penyulit seperti preeklamsia atau tirotoksikosis dengan pemberian obat-obatan seperti PTU dan propanolol.
Pengeluaran jaringan mola, dengan vakum kuretasi atau histerektomi.
Pemeriksaan tindak lanjut, monitoring hCG yang harus mencapai nilai normal 8 minggu setelah evakuasi, dan pengawasan selama satu hingga dua tahun dengan menganjurkan pasien untuk tidak hamil dulu (penggunaan kontrasepsi seperti kondom, diafragma, atau pantang berkala).

PROGNOSIS
Kematian pada mola hidatidosa disebabkan oleh perdarahan, infeksi, payah jantung, atau tirotoksikosis. Sekitar 5,56% penderita yang berdegenerasi keganasan menjadi koriokarsinoma.

REFERENSI
Prawirohardjo, Sarwono. 2009. Ilmu Kebidanan. Jakarta: PT Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo

KEHAMILAN EKTOPIK (ECTOPIC PREGNANCY)



DEFINISI
Suatu kehamilan yang pertumbuhan sel telur yang telah di buahi tidak menempel pada dinding endometrium kavum uteri.
Berdasarkan lokasi terjadinya, di tuba: pars ampularis 95%, pars ismika 8%, pars fimbriae <2%; serviks uterus, ovarium, atau abdominal.
Insiden di Indonesia sekitar 5-6 per seribu kehamilan.

FAKTOR RESIKO
Infeksi atau peradangan pada tuba yang menyebabkan lumen tuba menyempit atau buntu, pascaoperasi rekanalisasi tuba, endometriosis, riwayat kehamilan ektopik, pemakai IUD.

GEJALA
Gejala-gejala kehamilan muda, nyeri perut bawah, perdarahan pervagina

DIAGNOSA
Test kehamilan positif, diagnosis dengan alat bantu Ultrasonografi, laparaskopi, kuldoskopi untuk mengetahui adanya darah di dalam cavum Douglasi.

TREATMENT
Medical: Methotrexate
Tindakan Bedah: Laparascopy, laparatomy salpingectomy, laparatomy salpingostomy, laparatomy salpingotomy.

PENCEGAHAN
Dengan mencegah infeksi pada genitalia, menjaga kebersihan pribadi.

KOMPLIKASI
Ruptur, perdarahan, syok, infertilitas.

Wednesday, March 17, 2010

SESAK NAFAS (DISPNEA)



DEFINISI
Sesak nafas (dispnea) merupakan keluhan subjektif yang timbul bila ada perasaan tidak nyaman maupun gangguan/kesulitan lainnya saat bernafas, yang tidak sebanding dengan tingkat aktivitas.
Dyspnea adalah terengah-engah atau sesak nafas; pernafasan yang sukar atau berat (Dorland).


KLASIFIKASI
Sesak nafas mendadak (akut) disebabkan oleh pneumotoraks, emboli paru masif, asma, aspirasi benda asing.
Sesak nafas bertahap dan semakin berat dalam beberapa jam atau hari terdapat pada pneumonia, asma, PPOK, eksaserbasi akut.
Sesak nafas bertahap dan semakin berat dalam beberapa minggu, bulan, atau tahun terjadi pada efusi pleura, PPOK, TB paru, anemia, gangguan otot-otot pernafasan.


MEKANISME
Peningkatan kebutuhan O2 (misal, pada keadaan hipoksia, asidosis, penyempitan saluran nafas, edema paru) menyebabkan kerja sistem pernafasan menjadi meningkat.


ETIOLOGI
Kelainan pernafasan 1. Penyakit saluran pernafasan (PPOK, asma, bronkiektasis, aspirasi benda asing). 2. Penyakit parenkim paru (pneumonia, ARDS). 3. Gangguan sirkulasi paru (emboli paru, hipertensi pulmonal). 4. Kelainan dinding dada dan pleura (efusi pleura, kifoskoliosis, ankilosing spondilitis, paralisis diapragma bilateral).
Kelainan jantung (gagal jantung, efusi pleura) dengan tanda-tanda dispnea di effort, ortopnea, paroksismal nokturnal dispnea.
Penyebab lain (anemia, asidosis, lesi hipotalamus, psikogen).


DIAGNOSIS BANDING


REFERENSI
- Kamus Kedokteran Dorland
- Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam

Monday, March 15, 2010

Meningitis



Definisi
Peradangan meningen biasanya oleh bakteri atau virus.

Epidemiologi


Etiologi
Bakteri, Eschericia coli dan streptococcus grup B (neonatus); Haemophilus influenzae (bayi dan anak-anak); Neisseria meningitidis (remaja dan dewasa muda); Streptococcus pneumoniae dan Listeria monocytogenes (lansia).
Virus, Enterovirus (echovirus, coxsackie, dan poliovirus)

Patofisiologi
Virus mulanya menggandakan diri pada bagian infeksi awal (misal, nasofaringeal atau gastro intestinal) dan kemudian menyebar ke SSP melalui sistem vaskular.

Faktor Resiko


Gejala Klinis
kaku kuduk
sakit kepala
demam
malase
nyeri tenggorok
mual
muntah
nyeri abdominal
infeksi virus dapat disertai ruam (enterovirus), erupsi lesi herpes genital (herpes simpleks tipe 2)

Manifestasi Klinis


Pemeriksaan Fisik


Pemeriksaan Penunjang


Penegakan Diagnosis


Terapi


Komplikasi


Prognosis


Glosarium
Meningen: Membran yang membungkus otak dan medula spinalis

Referensi

  1. Kamus Kedokteran Dorland
  2. Prince Sylvia A. dan Wilson Lorraine. 2006.Patofisiologi Konsep Klinis Proses-proses Penyakit. Jakarta: EGC.